ads

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5[ImagesOnly]

Style6

Prof. Samsuridjal Djauzi
105 tahun lalu pergerakan para dokter untuk memperjuangkan hak rakyat Indonesia dimulai, kini setelah 105 tahun berlalu semangat perjuangan dokter mulai luntur seiring dengan perubahan jaman, lalu seperti apa sesungguhnya pengabdian para dokter saat ini, berikut adalah petikan wawancara dengan

Saat ini banyak orang menduga bahwa sikap pengabdian dokter yang selama ini lekat disandang oleh dokter mulai luntur oleh pengaruh jaman, menurut anda apakah dugaan tersebut benar dan seperti apa jiwa pengabdian dokter saat ini?

Dokter merupakan jabatan yang mulia. Dokter oleh masyarakat masih dianggap profesi yang mulia dan mengabdi pada masyarakat. Bukankah sumpah dokter menyatakan bahwa dokter akan menolong pasiennya tanpa memperhatikan status sosial, ras bahkan agama. Namun juga muncul kekecewaan terhadap dokter yang menyatakan bahwa dokter sudah semakin tipis rasa pengabdiannya. Masyarakat masih mengharapkan bahwa dokter sekarang masih serupa dengan dokter di zaman Belanda dulu, berkeliling kampung menolong masyarakat.
Sebenarnya bukan hanya bentuk pengabdian dokter yang berubah masyarakat sendiri juga sudah banyak mengalami perubahaan. jumlah dokter dulu hanya sedikit sekarang sudah mencapai sekitar 100.000 orang. Dulu jika dalam keadaan darurat pasien mendatangi rumah dokter sekarang tak perlu lagi karena tersedia layanan gawat darurat yang siap menolong pasien selama 24 jam.

Faktor-faktor apa saja dalam era yg semakin pragmatis ini yg mempengaruhi terkikisnya jiwa pengabdian dokter

Semangat pengabdian dokter tetap sama harus dipunyai oleh dokter zaman dulu maupun dokter sekarang. Namun bentuk pengabdian tersebut mungkin berubah. Dokter yang bersedia bekerja di daerah terpencil sudah merupakan salah satu bentuk pengabdian. Dokter zaman dulu gajinya mencukupi bahkan bisa punya rumah besar, tukang masak, tukang kebun dan sebagainya.
Dokter zaman sekarang harus berjuang untuk hidup terutama jika dia tinggal di kota besar. Baik untuk keperluan dapur, transportasi, pendidikan anak, dokter harus membayar sebagaimana warga lainnya. Jika dia berpraktek swasta maka di harus menyewa tempat praktek (yang tak murah) dan bahkan juga harus bayar pajak. Meski demikian sebagian besar dokter akan merelakan honornya jika pasien memang tidak mampu. Namun tak mungkin lagi pasien membayar sukarela karena dokter mempunyai pengeluaran setiap bulannya yang harus dibayarnya.
Pengabdian dokter sekarang disamping dapat dibandingkan dengan dokter zaman dulu juga dapat dibandingkan dengan dokter zaman sekarang. pasien yang berobat ke negara lain selalu bercerita dokternya ramah dan komunikatif. namun kalau sekiranya pasien tersebut tak mampu membayar mungkin keramahannya menjadi hilang bahkan bukan tak mungkin dokter tersebut tak mau menolong.

Bagaimanakah agar jiwa pengabdian dokter yang melekat tetap dapat dipertahankan dan tak mudah terkikis oleh perubahan jaman dan bagaimana agar pola pikir dokter muda saat ini bisa seperti dokter-dokter di jaman perjuangan dulu
Bagaimana meningkatkan pengabdian dokter ? Pada umumnya dokter yang masih muda mencontoh seniornya. Saya termasuk dokter yang mengalami perubahan zaman yang cepat. Saya lulus pada tahun 1969 pada waktu itu lulusan dokter dapat langsung diangkat menjadi dokter kabupaten (dokabu).
Di Kabupaten tersebut biasanya hanya ada seorang dokter sehingga dapat dimengerti pasiennya akan banyak sekali. Sehingga dokter tersebut tak akan kekurangan pendapatan.
Dokter sekarang baru lulus harus bekerja di puskesmas dan untuk mencapai jabatan dokter Kabupaten dia harus bertugas mungkin sepuluh tahun. Jika akan meneruskan menjadi dokter spesialis jalan juga tidak mulus. Harus ikut seleksi ujian masuk, tofel harus tinggi dan jangan lupa biaya pendidikan juga mahal.  saya rasa pengaruh biaya pendidikan yang tinggi ikut mempengaruhi sikap dokter

Apakah biaya pendidikan di fakultas kedokteran yang mahal berpengaruh terhadap orientasi pragmatis dokter dan kurangnya jiwa pengabdian dokter
Biaya pendidikan dokter yang mungkin ditanggung orang tua tentu harus dikembalikan dari uang praktek dokter tersebut. Namun dokter juga tak boleh terjerumus menjadi penjual jasa yang kurang memperhatikan rasa kemanusiaan. Meski pasien harus membayar namun pada keadaan tertentu pasien harus dibebaskan dari biaya.
Menjadi dokter mungkin tidak akan menjadikan seseorang kaya raya seperti pedagang. namun menjadi dokter juga menimbulkan kepuasan batin. Bagi dokter akan merupakan kebahagiaan melihat pasiennya yang sakit berat sekarang sudah dapat kembali ketengah keluarga dengan ceria.

Apakah perlu ada sistem pembayaran/gaji/remunerasi bagi dokter tertentu sehingga dokter tdk lagi mencari-cari bayaran dari psien dan secara penuh dokter bisa konsentrasi hanya mengabdi menolong pasiennya
Apakah remunerasi atau gaji yang cukup akan meningkatkan mutu layanan? Kalau kita perhatikan di beberapa negara tetangga yang menerapkan sistem pengajian dokter dengan baik, dokter tak perlu lagi mencari penghasilan tambahan karena pendapatannya sudah cukup dan terjamin.
Bagaimana dengan harapan masyarakat terhadap dokter yang menginginkan dokter memberikan layanan yang terbaik, teliti, trampil dan komunikatif. Di samping itu pasien juga berharap dokter dapat menjadi sahabat mereka dalam meningkatkan taraf kesehatan mereka. pasien yang peduli terhadap kesehatan merupakan pasien yang akan mudah diajak bekerjasama dalam mencapai taraf kesehatan yang baik. Dokter harus pandai menempatkan diri, jadilah sabahat pasien bukan musuh pasien. dengan jalinan persahabatan ini banyak masalah bersama dapat diselesaikan tanpa harus saling menyalahkan.

About Admin

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Tidak ada komentar:

Post a Comment